rovinsi Aceh Penghasil Wanita Tercantik & Sholehah Indonesia


Suber: www.poetrafoto.com

Halow sobat se-Indonesia semua, kali ini saya ingin memposting sebuat artikel yang ringan saja. Karena biasanya juga postingan di zulfanafdhilla.com isinya berat-berat. Ya ngitung-ngitung lagi nyantai. Tapi ingat ini hanyalah tulisan ringan (bukan ilmiah).

Kali ini saya ingin membahas sebuah fakta unik dari survey yang menarik, yaitu seputar fakta keberagaman wanita Indonesia yang kali ini khususnya Aceh.

Mendengar kata Aceh apasih yang terbenak dalam fikiran sobat? sumatra? ujung Indo? jauh? Tsunami? GAM? konflik? terbelakang? miskin? ataupun Ganja?. Teringat, ketika saya merantau ke pulau Jawa. Aceh itu ibaratkan sesuatu yang waw. Negri yang jauh nan ujung. Tapi nyeseknya bagi masyarakat Aceh adalah, karena letaknya di ujung sehingga Aceh hampir disamakan dengan Papua.

Waw, tapi sob kita tidak membahas kultur, ekonomi, politik, geografi, maupun religinya, yang ingin kita bahas kali ini adalah karakteristik masyarakat Aceh terkhusu wanitanya. Kita akan menguak fakta bahwa walaupun Aceh jauh nan hujung bukan berarti Aceh dapat dipandang sebelah mata.

Tahu tidak? berdasarkan yang dilansir ajnn.net (Aceh Journal National Network), bahwa Provinsi Aceh menempati urutan teratas dengan penghasil wanita tercantik se-Indonesia. Berdasarkan forum detik.com Aceh berdiri pada urutan ke-3 setelah Bandung dan Jakarta sebagai penghasil wanita tercantik, tidak ketinggalan forum viva dan . Di forum kaskus Aceh menempati urutan ke-4, koranindependen.com menempatkan Aceh sebagai salah satu dari 7 Provinsi penghasil wanita tercantik.

Cantik

Ada cerita dari kawan saya dari Pesantren Gontor Putra. Ponpes dengan jumlah santri ribuan ini ternyata juga mengakui bahwa wanita tercantik dimiliki oleh Provinsi Aceh. Rahasianya adalah, Aceh merupakan daerah strategis perdagangan pada zaman dahulu. Sehingga karena pernikahan kemudian menghasilkan generasi Melayu-blesteran yang memukau. Diantaranya ada yang bertubuh Eropa, berkulit ala Jepang, berhidung mancung seperti Arab, matanya sipit seperti China dan bola matanya biru, biasa disebut Si Mata Biru Dari Aceh (Keturunan dari tentara Islam Kerajaan Islam Cordoba di Eropa yang mengungsi karena Runtuhnya Kekhalifahan Islam) semakin menambah eksotis. Dan itu bisa anda dapati di Aceh.

Nyatanya wanita Aceh memang dikenal cantik-cantik. Di banyak literatur tulisan dan sejarah kita mengetahui sumber kecantikan itu karna perpaduan suku Aceh dengan banyak bangsa. Aceh biasanya disebut dengan Arab, Cina, Eropa dan Hindia. Maka tak heran jika kita berkunjung ke Aceh Jaya tepatnya lamno kita akan menadapati gadis Aceh bermata biru layaknya perempuan Eropa. Sementara di Pidie kita temui banyak gadis India. Sedangkan jika menelusuri aceh bagian tengah akan kita temui gadis-gadis Aceh berkulit putih, bermata sipit seperti gadis Cina.

Sehingga ada penelitian Skripsi berhubungan dengan wajah suku Aceh. Judulnya "Hubungan Lebar mesiodistal gigi terhadap kecembungan wajah suku Aceh (Deutro-Melayu)". Dari sini terbukti bahwa informasi genetika yang berpadu dari bangsa-bangsa dunia memang benar adanya dan memang wanita Aceh diakui cantik-cantik.

Solehah
Selain cantik sedemikian rupa, wanita Aceh juga terkenal sholehah. Itu karena Aceh terkenal dengan daerah yang religius menyunjung tinggi nilai dan norma ke-Islaman. Wanita-wanita Aceh cukup terjaga dan terawat disamping situasi dan kondisi lingkungan yang mendukung. Berbeda dengan daera metropolitan penghasil wanita cantik lainnya, wanita Aceh cenderung lebih tertutup dan terjaga kesuciannya. Dan inilah nilai lebih-nya dari wanita Provinsi lainnya.

Perkasa
Selain cantik dan solehah wanita Aceh juga perkasa. Sebagaimana nenek moyang mereka seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Panglima Malahayati, Po Cut Baren, dan sebagainya. Tercatat bahwa panglima pasukan laut pertama di dunia adalah Panglima Malahayati dari Aceh. Di Aceh juga memiliki pasukan tentara wanita pada masa penjajah yang terdiri dari janda-janda pasukan Aceh yang diberinama Pasukan Inoeng Bale. Tak hanya dulu, sekarangpun begitu. Banyak wanita Aceh yang perkasa dan luar biasa keberaniannya. Olehkarenya maka jangan heran pada pakaian pernikahan adat Aceh, mempelai wanitanya memakai celana dan bukan rok. Itu karena simbol bagaimana wanita Aceh terdahulu mengenakan celana agar leluasa untuk berperang.

Mahar Yang Luar Biasa
Seperti yang dituliskan oleh situnis.com, dengan bibit, bobot, bebet yang dimiliki olehwanita Aceh maka jelaslah price yang ditawarkan juga berkelas eksekutif dan itu tentu proposional dengan kualitasnya (mungkin).

Di Aceh pesisir, standar mahar adalah emas (dalam bentuk mayam, bukan gram, dan 1 mayam sekitar 1,7 juta rupiah), sedangkan di daerah Singkil, mereka tidak menggunakan emas saya lupa namanya, yang pasti maharnya sangat murah dan kalau kalkulasiku tidak salah saat itu, jika di convert kedalam rupiah, hanya beberapa ratus ribu saja.

Sedang di Aceh pesisir, angkanya sangat jauh berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Aceh Besar misalnya, kisarannya sekitar 10 hingga 15 mayam. Wilayah Abdya atau Blang Pidie hanya 2-3 mayam, ada yang bilang malah maksimal 5 mayam, yang terkenal justru daerah Sigli, kisarannya 20 hingga 40-an, bahkan ada yang sampai 100 mayam, walaupun ada juga yang cuma 10-an.

Menurut kawan yang berasal dari Sigli, alasan kenapa mahar di daerahnya tinggi adalah karena mahar tersebut dianggap sebagai modal bagi kedua pasangan setelah menikah nantinya, alasan yang cukup logis rasanya.

Dia juga menambahkan jika maharnya rendah, maka tetangga akan curiga, bahwa anak perempuan tersebut bukan “anak baik” lagi, sehingga harus segera dinikahkan, aku belum bisa setuju dengan alasan ini, yang menikahkan adalah wali, kenapa kata-kata tetangga yang harus menjadi pertimbangan?

Di daerah Aceh Besar, yang katanya maharnya lumayan affordable, saat akan menikah, pihak keluarga lelaki tidak harus menyerahkan uang hangus, sesuatu yang lazim di wilayah timur Aceh. Di sini uang isi kamar juga tidak dikenal, semua menjadi tanggung jawab para wali yang menikahkan, termasuk juga dalam hal walimah dan biaya hidup setelahnya.

Sudah cukup terkenal memang jika di Aceh Besar, setelah menikah orang akan tinggal di rumah pihak perempuan, hingga anaknya besar dan mereka siap untuk membina rumah sendiri, walau akhir-akhir ini, budaya seperti ini mulai berkurang, karena banyaknya rumah bantuan tsunami dan pasangan baru lebih memilih untuk tinggal mandiri.

Menurut saya pribadi, yang tidak semestinya saat harus menikah dengan mahar yang tinggi. Adalah ada perasaan seperti orang tersebut menjual anaknya. Makin tinggi pendidikan, makin mahal pula maharnya; ada catatan ringan penentuan harga mahar dimana; tamat SMA: 10 mayam, masuk D3: 15 mayam, jadi sarjana; 20 mayam, lulus PNS; 30 mayam, jika kebetulan anak orang kaya, maka naik lagi jadi 40 mayam, namun jika sudah tua dan tak ada melamar, walaupun sudah sarjana dan PNS, maka maharnya kembali turun 10 mayam, turun harga, begitu dia mengistilahkan. Belum pernah ada yang membuat penelitian tentang hal ini, namun hipotesa yang diajukan si kawan layak untuk dipelajari lebih lanjut.

Namun ada juga yang menetapkan dari segi siapa cepat nikah. Atau lebih tepatnya begini, jika kakaknya 10 mayam maka adiknya 15 atau 20 mayam. Bayangkan jika ada 5 anak dan anda menikahi anak ke-5, mungkin anda harus jual tanah, kebun, sawah, dan berhutang di bank.

Sayapun yang masih lajang juga setuju untuk #TurunkanHargaMahar. Itupun juga sebagaimana hadits Nabi untuk memberikan mahar yang wajar dan proposional dengan isi dompet. Apalagi letak georafis Aceh yang sedikit sulit untuk membangun finansial yang dapat menjangkau tingkat Nasional. Namun apa daya, paradigma masyarakat sudah mengakar kuat menjadi suatu budaya yang tidak bisa dilepas.
Share this article :
+
This is the current newest page
This is the oldest page
0 Komentar untuk "rovinsi Aceh Penghasil Wanita Tercantik & Sholehah Indonesia "